Kamis, 29 September 2011

Asuhan Keperawatan pada kLien dg ansietas

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Takut dan Cemas merupakan suatu perasaan yang bisa dialami oleh setiap orang dalam kehidupannya setiap hari. Setiap orang akan mengalaminya pada waktu yang berbeda-beda. Takut dan cemas sering berhubungan erat. Saat orang merasa takut akan sesuatu, orang tersebut sering merasa cemas juga. Walaupun perasaan cemas dan takut keduanya berhubungan erat, keduanya berbeda.
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi.
Rasa khawatir, gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan sebagainya merupakan gejala umum akibat cemas. Namun sampai sebatas mana situasi jiwa berupa cemas itu dapat ditoleransi oleh seorang individu sebagai kesatuan utuh. Karena seringkali ”cemas” menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan beragam lainnya.
Begitu banyak manifestasi gejala akibat cemas. Begitu banyak pula penderita yang terkecoh, menganggap fisiknya yang sakit, sehingga mereka gonta-ganti dokter sampai minta dilakukan operasi dan bahkan ada yang minta bantuan dukun. Dengan begitu, bahwa ‘cemas’ menjadikan seseorang tidak rasional lagi. Karena itu, selagi Anda masih dapat berpikir rasional, kenalilah gejala ‘cemas yang sakit’ (anxietas) itu.
Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam atau membahayakan. Dengan berjalannya waktu, keadaan cemas tersebut biasanya akan dapat teratasi sendiri. Namun, ada keadaan cemas yang berkepanjangan, bahkan tidak jelas lagi kaitannya dengan suatu faktor penyebab atau pencetus tertentu. Hal ini merupakan pertanda gangguan kejiwaan yang dapat menyebabkan hambatan dalam berbagai segi kemampuan dan fungsi sosial bagi penderitanya. Tidaklah mudah untuk membedakan cemas yang wajar dan cemas yang sakit. Karena keduanya merupakan respons yang umum dan normal dalam kehidupan sehari-hari.
Perkiraan prevalensi gangguan ansietas di masyarakat (per 1000 orang) adalah: gangguan ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15, agoraphobia 20, fobia sosial 30, fobia sederhana 45, dan gangguan obsesif-kompulsif (yang tidak berkomorbid dengan gangguan ansietas lain) 10. (Narrow, et al., 2002)
Di pelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah: gangguan ansietas menyeluruh 7,9%, dan gangguan panic/agoraphobia 2,6%. Maramis, 2009)

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian dari Ansietas?
1.2.2        Apa penyebab Ansietas?
1.2.3        Bagaimana rentang respon ansietas?
1.2.4        Bagaimanakan cara menilai tingkat Ansietas?
1.2.5        Bagaimana respon tubuh, sumber koping dan mekanisme koping terhadap ansietas?
1.2.6        Apa jenis-jenis gangguan ansietas?
1.2.7        Bagaimana askep pada gangguan ansietas?

1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk Mengetahui pengertian dari Ansietas
1.3.2        Untuk Mengetahui penyebab Ansietas
1.3.3        Untuk Mengetahui rentang respon ansietas
1.3.4        Untuk Mengetahui cara menilai tingkat Ansietas
1.3.5        Untuk Mengetahui respon tubuh, respon tubuh dan mekanisme koping terhadap ansietas
1.3.6        Untuk Mengetahui jenis gangguan ansietas
1.3.7        Untuk Mengetahui askep pada gangguan ansietas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ansietas
Banyak para ahli yang menguraikan definisi ansietas, namun dari sekian banyak definisi yang dikemukakan pada dasarnya pengertian ansietas akan mengarah pada suatu kesimpulan yang sama.
Kata ansietas berasal dari bahasa latin, angere yang berarti tercekik atau tercekat. Gangguan ansietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya yang ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu atau takut. (Maramis, 2009)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas merupakan suatu sensasi distress psikologis (buku keperawatan jiwa edisi 5 hal 144).
Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, non spesifik.
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya (Rivai,2000). Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh ketidak tahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk,1998)
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh ketidak tahuan yang didahului oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.
2.2 Penyebab Ansietas
Gangguan ansietas pada dasarnya mempunyai penyebab multifaktorial, baik dari diri sendiri, faktor biologis, faktor sosial, psikologis, penyalahgunaan/pemakaian obat tertentu secara berlebihan, maupun gejala yang timbul dari suatu penyakit lain. (Fracchione:2004).  
2.2.1   Faktor Predisposisi :
1.     Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan implus primitif seseorang. Sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku. Berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengigatkan ego bahwa ada bahaya.
2.     Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terdapat tidak adanya pnerimaan dan penolakan interpersonal. Ansitas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembanag ansietas yang berat.
3.     Menurut pandanagan prilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang utuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ansietas dapat disebabkan karena frustasi, konflik, tekanan, krisis, ketakutan yang terus menerus yang disebabkan oleh kesusahan dan kegaglan yang bertubi-tubi, adanya kecenderungan-kecenderungan harga diri yang terhalang, respressi terdapat macam-macam masalah emosional, akan tetapi bisa berlangsung secara sempurna(incomplete repress), atau dorongan-dorongan seksual yang tidak terdapat kepuasan dan terhambat,sehingga mengakibatkan banyak konflik batin (Cameroon,2004).
4.     Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Ansietas juga dapat disebabkan karena ada pengaruh faktor genetik dari keluarga. Penelitian telah melaporkan bahwa dua pertiga sampai tiga perempat pasien yang tertekan ansietas memiliki sekurang-kurangnya satu anak saudara derajat pertama dengan ansietas spesifik tipe spesifik yang sama(Brust,2007)
5.     Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penhambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan endorfin.
6.     Penyalahgunaan atau penggunaan obat/zat tertentu yang berlebihan juga merupakan salah satu penyebab utama ansietas. Seperti alkoholisme, intoksikasi kafein, hipertiroidisme, dan feokromositoma harus disingkirkan dalam mengatasi gejala ansietas ini (Brust, 2007). Karena sebagai besar orang akan berlari ke hal-hal tadi untuk menhadapi ansietas yang timbul pada dirinya.
2.2.2   Menurut Teori neurobiology
1.     Kimia otak dan factor perkembangan Penelitian menunjukkan bahwa sistem syaraf otonom atau noradrenergic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih besar tingaaktannya dari orang lain
2.     Abnormalitas regulasi substansia kimia otak seperti serotonin dan GABA (gamma-aminobutyric acid) berperan dalam perkembangan cemas
3.     Amygdala sebagai pusat komunkasi antara bagian otak yang memproses input sensori dan bagian otak yang menginterpretasikan input (amygdala mengidentfikasi informasi sensori yang masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan cemas/takut). Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordiasikan rasa takut, memory, dan emosi, dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stressor
4.     Locus ceruleus, adalah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya dan mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu sehingga mneyebabkan seseorang mudah mengalami cemas khususnya PTSD (post traumatic sindrom disorder)
5.     Hippocampus, bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan berperan dalam pengkodean informasi ke dalam memori
6.     Striatum, berperan dalam control motorik, terlibat dalam OCD (obsessive compulsive disorder)
7.     Jaras saraf assendens yang mengandung noradrenalin dan 5-hidroksitriptamin menginervasi lobus limbic dan neokorteks. Meningkatnya aktivitas saraf noradregenik akan menimbulkan meningkatnya keterjagaan; meningkat nya aktivitas saraf 5-hidroksitriptamin akan meningkatkan respon terhadap stimulus yang bersifat aversif. (Maramis, 2009)
8.     Penyakit fisik
9.     Exposure of subsntace
2.2.3   Menurut Teori psikologi
1.    Harga diri rendah
2.    Pemalu pada masa kanak-kanak
3.    Orang tua yang pemarah, terlalu banyak kritik
4.    Ketidaknyamanan dengan agresi
5.    Sexual abuse
6.    Mengaami peristiwa yang menakutkan
7.    Teori kognitif : cemas sebagai manifstasi dari penyimpangan berpikir dan membuat persepsi/kebiasaan/perilaku individu memandang secara berlebihan terhaap suatu bahaya. (http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/02/respon-ansietas-dan-gangguan-ansietas.html)
2.2.4   Beberapa Faktor Resiko Ansietas
1.     Wanita 2x lebih besar dari pada laki-laki
2.     Etnik
3.     Perpisahan
4.     Pernah mengalami kekerasan fisik saat anak-anak, sexual abuse
5.     Status sosial dan ekonomi rendah
6.     Riwayat keluarga (pernah adanya penyimpangan yang hampir sama)
7.     Substance or stimulant abuse (http://makalah-kesehatan online.blogspot.com/2009/02/respon-ansietas-dan-gangguan ansietas.html)

2.3      Rentang Respon Ansietas
2.3.1 Rentang respon individu terhadap ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan  maladaptif seperti terlihat pada gambar :

Respon adaptif  ß---------------------------------------à Respon Maladaptif
_______________________________________________________
antisipasi               ringan                   sedang              berat               panik

                        Respon ansietas sering kali tidak berkaitan dengan ancaman yang nyata, namun tetap dapat membuat seseorang tidak mampu bertindak atau bahkan menarik diri

2.3.2   Tingkat ansietas
Beberapa teori membagi ansietas kedalam emapt tingkat sesuai dengan rentang respon ansietas yaitu :
1.    Ansietas ringan.
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapang persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati dan waspada. Pada tingkat ini individu terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan pertumbuhan dan ktreativitas.
2.    Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3.    Ansietas berat
Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderumng memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan.
4.    Ansietas panic
Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
2.4  Penilaian Tingkat Kecemasan
Untuk test kecemasan dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan langsung, mendengarkan cerita serta mengobservasinya, terutama perilaku non verbal. Hal ini berguna untuk menentukan adanya kecemasan dan tingkat kecemasannya (Maramis, 1995).
2.4.1   Dalam penilaian kecemasan dipakai skor HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dianggap baku, gejala-gejala yang tercantum pada HARS dari 14 item dengan perincian sebagai berikut :
No
Gx. Psikologi
Gx. Fisik

Cemas
-   Firsat buruk
-   Takut pada pikiran sendiri
-   Mudah tersinggung
Ketegangan
-    Merasa tegang
-   Lesu
-   Mudah terkejut
-   Tidak bisa tidur dengan nyenyak
-   Mudah menangis
-   Gemetar
-   Gelisah
Ketakutan
-    Pada gelap
-    Ditinggal sendiri
-    Pada orang asing
-    Pada binatang besar
-    Pada kerumunan orang banyak
Gangguan Tidur
-    Sukar masuk tidur
-    Terbangun malam hari
-    Tidak pulas
-    Mimpi buruk
Gangguan Kecerdasan
-   Daya ingat menurun
-   Sering bingung
Perasan Depresi
-    Kehilangan minat
-    Berkurangnya kesenangan pada hobi
-    Sedih
-    Bangun dini hari
-    Perasaan berubah-ubah sepanjang hari 

Gejala Somatik
-      Nyeri otot
-      Kaku
-      Gigi gemeretak
-      Iman tidak setabil
Gejala Sensorik
-      Penglihatan kabur
-      Merasa lemah
Gejala Kardiovaskuler
-      Berdebar-debar
-      Nyeri dada
-      Denyut nadi lemah
-      Rasa lemah seperti mau pingsan
Gejala Pernafasan
-      Rasa tertekan didada
-      Perasaan tercekik
-      Merasa sesak
Gejala Gastrointestinal
-      Sulit menelan
-      Ganngguan pencernaan
-      Mual muntah
-      Berat badan berkurang
-      Konstipasi
Gejala Urogenitalia
-      Sering kencing
-      Tidak dapat menahan kencing
-      Amenorhoe
-      Impoten
Gejala Vegetatif
-      Mulut kering
-      Muka kering
-      Mudah berkeringat
-      Sakit kepala
-      Bulu roma berdiri
Perilaku saat wawancara
-     Gelisah
-     Tidak tenang
-     Muka tegang
-     Mengerutkan kepala
-     Jari gemetar
-     Muka marah
-      Nafas pendek


2.4.2   Penentuan derajat kecemasan adalah:
1.    Apabila skore   <6 maka tidak ada kecemasan
2.    Apabila skore 6-14 terdapat kecemasan ringan
3.    Apabila skore 15-27 terdapat kecemasan sedang
4.    Apabila skore   > 27 terdapat kecemasan berat
2.4.3   Cara penilaian tingkat kecemasan :
1.    Apabila tidak ada gejala sama sekali
2.    Apabila satu dari gejala yang ada
3.    Apabila separuh dari gejala yang ada
4.    Apabila lebih dari separuh dari gejala yang ada
5.    semua ada gejala Apabila

2.5  Respon Tubuh Terhadap Ansietas, sumber koping, dan Mekanisme Koping Terhadap Ansietas
2.5.1  Respon Tubuh Terhadap Ansietas
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,  berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya seperti tercantum dalam tabel dibawah ini.
Sistem tubuh
Respons
Kardiovaskuler
Palpitasi, Jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan*, pingsan*, tekanan darah menurun*, denyut nadi menurun*.
Pernapasan
Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal, pemnengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah.
Neuromuskular
Refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajh tegang, kelemahan umum, kaki goyang, gerakan yang  janggal.
Gastromtestinal
Kelihatannya nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen*, mual*, rasa terbakar pada jantung*, diare*,
Traktus urinarius
Tidak dapat menahan kencing*,sering berkemih,
Kulit
Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telepk tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
* Respons parasimpatis.

2.5.2 Sumber Koping Ansietas :
Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan mengerakkan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintergrasikan penbgalaman yang menimbulkan stres dan mengandopsi strategi koping yng berhasil.
2.5.3 Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, dan ketidak mampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung digunkan seseorang untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menghebat. Anseitas tingat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Perilaku adaptasi psikologis juga mengacu pada mekanisme koping (coping mechanism), yang berorentasi pada tugas (task oriented) dan mekanisme pertahanan diri (ego oriented). Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping:
1.    Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented). Reaksi ini melibatakan penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stres dan memecahkan masalah upaya yang disadari, dan berorentasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik terhadap  tuntutan situasi stres.
1.    Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan
2.    Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologis untuk memindahkan seseorang dari sumber stres.
3.    Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengopersaikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
2.         Mekanisme pertahanan ego. Reaksi ini dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri secara psikologis untuk mencegah gangguan psikologis yang didalam. Membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realistas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladatif  terhadap stres.
3.                  Tabel mekanisme pertahanan ego :
Mekanisme pertahanan diri
Definisi
Kompensasi
Proses dimana seseorang dengan citra diri yang kurang berupaya mengantikan dengan menekankan pada kelebihan yang dianggapnya sebagai asset.
Mengingkari (denial)
Menghindarkan relitas ketidaksetujuan dengan mengabaikan atua menolak untuk mengenalinya; kemungkinan merupakan mekanisme pertahana diri yang paling sederhana dan primitif.
Mengalihkan(Displacement)
Mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atua benda tertentu ke benda atau orang yang netral atau yang tidak membahayakan
Disosiasi
Pemisahan dari setiap kelompok mental atau proses perilaku dari seluruh kesadaran atau indentitas
Indentifikasi
Proses individu mencoba untuk menjadi seperti seseorang yang dikagumi oleh individu tersebut dengan menirukan pikiran, perilaku, atau kesukaannya 
Intelektualisasi
Alasan atau logika yang berlebihan yang digunakan untuk menghindari perasaan-perasaan mengganggu yang dialami
Introyeksi
Tipe indentifikasi yag hebat dimana individu menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lain atau kelompok ke dalam struktur egonya sendiri;salah satu mekanisme terdini pada anak-anak; penhting dalam pembentukan hati nurani.
Isolasi
Memisahkan komponen emosional dari pikiran, yang dapat temporer atau jangka panjang
Projeksi
Mengkaitkan pikiran atau implus dirinya, terutama keinginan yang tidak dapat ditoleransi, perasaan emosional, atau motivasi, kepada orang lain.
Rasionalisasi
Memberikan penjelasan yang diterima secara sosial atau tampaknya masuk akal untuk menyesuikan implus, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima
Reaksi formasi
Pembentukan sikak kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan denganpapa yang benar-benar dirasakan atau akan dilakukan oleh orang lain
Regresi
Meghindari stres terhadap karakteristik perilaku dari tahap perkembangan yang lebih awal 
Represi
Dorongan involunter dari pikiran yang mennyakitkan atau konflik, atau ingatan dari kesadaran; pertahanan ego yang primer, yang lebih cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya.
Spliting
Memandang orang dan situasi sebagai “semuanya baik atau semuanya buruk; gagal untuk mengintegarikan kualitas negatif dan positif seseorang  
Sublimasi
Penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara sosial karena dorongan yang merupakan  saluran norma ekspresi terhambat
Suspensi
Suatu proses yang sering disebut sebagai mekenisme pertahana diri, tetapi benar merupakan analogi represi; pencetusan kesadaran bertujuan; suatu ketika dapat mengarah pada represi
Undoing
Bertindak atau berkomunikasi yang secara sebagian meniadakan yang sudah ada sebelumnya; mekanisme pertahanan diri primitif

2.5.4   Mekanisme pertahanan terhadap stres.
1.    Menurut Kubler-Ross
1.    Denial
a.    Fase penolakan
b.    Respon window for shopping  (mencari pelayanan lain utuk meyakinkan bahwa penyakitnya tidak benar/salah)
c.    Tidak mau mencurahkan sakitnya  (isolasi diri) pada orang lain
d.   Optimis/merasa tidak sakit (tingkah laku sehat)
e.    Sifat fase dinal relatif
2.    Angry
a.     Menyalahkn orang lin/tuhan “Mengapa harus saya?Apa dosa saya?”
b.    Proyeksi : menyalahkan orang lain
3.    Bargaining
a.    Fase tawar menawar
b.    Kata-kata tawar-menawar
c.    Sadar bahwa dibalik kata itu hikmah yang baik
d.   Diakhiri suatu kesadaran dari diri sendiri 
4.    Depression
a.    Penyebab sedih yang berkepanjangan
b.    Terjadi ambang antara nerosa-psikosa
c.    Klien tidak ada minat dan keinginan untuk bertahan hidup
d.   Klien mengatakan; “say tidak bersuami lagi, karena saya tidak bisa punya anak”. Kata-kata orang depresi
5.    Acceptance
a.   Tahap menerima
b.  Pasien siap menerima pengobatan/kematian

2.6    Gangguan Terkait Ansietas
Ciri utama sindrom ansietas terdiri atas meningkatnya keterjagaan (Hyperarousal), meningkatnya aktivitas simpatetik dan perasaan subjektif ketakutan serta kecemasan. Beberapa gangguan terkait ansietas dapat dilihat pada bagan berikut ini.










Gangguan Ansietas

Ansietas kontinyu                                      ansietas episodik
Gangguan ansietas menyeluruh

 Pada situasi tertentu                 Pola  Campuran            Pada sembarang situasi
              (Gangguan fobik)          (agoraphobia dengan panic)       (Gangguan Panik)
       










Fobia          Fobia          agorafobia
Spesifik      Sosial

2.6.1 Gangguan Ansietas Fobik
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya. Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah. Yang menderita banyak wanita, dimulai semenjak kecil. Gangguan ansietas fobik dibagi menjadi:
1.    Fobia Spesifik
Fobia spesifik dahulu dikenal dengan fobia sederhana. Fobia spesifik ditandai oleh ketakutan yang tidak rasional akan objek atau situasi tertentu. Gangguan ini termasuk gangguan medik yang paling sering didapati, namun demikian sebagian kasus hanyalah ringan dan tidak perlu mendapatkan pengobatan. misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia).
2.    Fobia Sosial
Fobia sosial dikenal juga dengan gangguan ansietas sosial, fobia sosial adalah ketakutan akan diamati dan dipermalukan di depan publik. Hal ini bermanifestasi sebagai rasa malu dan tidak nyaman yang sangat berlebihan di situasi sosial. Hal ini mendorong orang untuk menghindari situasi sosial dan ini tidak disebabkan karena masalah fisik atau mental (seperti gagap, jerawat, atau gangguan kepribadian).
3.    Agorafobia
Agorafobia berasal dari kata latin agora yang berarti pasar di luar  ruang. Agorafobia sering disalahartikan sebagai ketakutan akan ruang terbuka. Agorafobia  ditandai oleh ketakutan hebat yang membuat tidak berdaya akan tempat atau situasi yang sulit untuk meloloskan diri atau sulit untuk mendapatkan pertolongan apabila terjadi serangan cemas. Akibatnya, orang dengan agorafobia mambatasi geraknya sebatas tempat yang dirasa aman, biasanya di dalam rumah.
Pada fobia terjadi salah pindah kecemasan pada barang atau keadaan yang mula-mula menimbulkan kecemasan itu. Jadi terdapat dua mekanisme pembelaan, yaitu salah pindah dan simbolisasi. Apabila berhadepan dengan objek atau situasi tersebut, orang dengan fobia akan mengalami perasaan panik, berkeringat, berusaha menghindar, sulit untuk bernapas, dan jantung berdebar. Sebagian besar orang dewasa yang menderita fobia sebagian besar menyadari bahwa ketakutannya tidak rasional dan banyak yang memilih untuk mencoba menahan perasaan ansietas yang hebat dari pada mengungkapkan gangguannya. (Maramis, 2009)


2.6.2 Gangguan Panik
Gangguan panik ditandai dengan serangan ansietas atau teror yang berkala (serangan panik) setiap episode berlangsung sekitar 15 – 30 menit, meskipun efek sisa dapat berlangsung lebih lama. Selama serangan panik, penderita merasakan sangat ketakutan atau tidak nyaman yang disertai oleh jantung berdebar, nyeri dada, perasaan tercekik, berkeringat, gemetar, mual, pusing, perasaan yang tidak riil, dan takut mati atau takut menjadi gila.
Serangan panik dapat terjadi secara spontan ataupun sebagai respon terhadap situasi tertentu. Frekuensi serangan sangan bervariasi, ada yang sering (setiap minggu), tetapi berlangsung berbulan-bulan. Ada juga yang mengalami serangkaian serangan tetapi diikuti periode tenang selama berminggu-minggu. Serangan panik juga dapt terjadi pada gangguan ansietas lain seperti pada fobia dan gangguan stres pascatrauma. Kerena itu diperlukan ketelitian dalam membedakan cirri-ciri gangguan tersebut dengan gangguan panik.
Penatalaksanaan. Serangan panik awal seringkali diobati di unit gawat darurat karena individu tersebut mengira bahwa ia mengalami serangan jantung. Kondisi medis lainnya harus diabaikan sebelum diagnosis gangguan panik terdeteksi.
a.    Medikasi. Digunakan obat antiansietas, seperti benzodiazepine dan buspiron. Antidepresan, terutama antidepresan trisiklik, telah dinyatakan efektif untuk mengobati gangguan panik. The Food and Drug Administration (FDA) baru-baru ini menyetujui penggunaan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), paroksetin (Paxil) dan sentralin (Zoloft) dalam pengobatan gangguan panic. Meskipun inhibitor monoamina oksidase dapat digunakan namun obat ini membutuhkan restriksi diet.
b.    Terapi perilaku kognitif adalah terapi yang bertarget proses berpikir penyebab panik dan perilaku yang menimbulkan dan mempertahankan gejala ansietas. Teknik-teknik spesifik yang termasuk dalam terapi ini antara lain adalah penyuluhan klien, resktrukrisasi kognitif, dan pernafasan relaksasi terkendali.
2.6.3  
Gangguan Ansietas

Ansietas kontinyu                                       ansietas episodik
Gangguan ansietas menyeluruh

                    Pada situasi tertentu                 Pola  Campuran         Pada sembarang situasi
                      (Gangguan fobik)              (agoraphobia dengan panic)      (Gangguan Panik)
Gangguan Ansietas Menyeluruh


           






Fobia             Fobia              agoraphobia
Spesifik         Sosial              

Gangguan ansietas menyeluruh termasuk yang paling banyak dijumpai disamping gangguan panik. Gambaran umum penyakit ini adalah adanya kekhawatiran atau ansietas yang kurang lebih konstan, yang tidak sebanding dengan tingkat stressor sesungguhnya dalam kehidupan. Ansietas tersebut terjadi dalam jangka waktu yang panjang meskipun tampaknya tidak ada stressor yang spesifik atau nyata, meskipun stress dapat memperburuk gangguan ini. Penderita kesulitan untuk mengendalikan ansietasnya dan cenderung untuk tidak yakin pada diri sendiri.
Untuk diagnosis gangguan anxietas menyeluruh, anxietas harus dibedakan dengan anxietas yang ada pada gangguan anxietas lain. Apa lagi, lebih dari separuh penderita gangguan anxietas menyeluruh juga menderita gangguan anxietas lain atau depresi.
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah rasa gelisah, kelelahan, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot, dan gangguan tidur.
2.6.4   Gangguan campuran anxietas dan depresif
gangguan ini merupakan penyakit tersendiri dan dinamakan demikian karena secara bersamaan didapati gejala-gejala depresi dan ansietas pada penderita. Perlu diperhatikan bahwa baik gejala-gejala depresi maupun gejala-gejala anxietas yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk periode depresi dan gangguan anxietas. Apabila gejala-gejala yang ada memenuhi kriteria untuk episode depresi dan gangguan anxietas, maka hal itu adalah komordibitas antara keduanya.
2.6.5   Gangguan stress pascatrauma (post-traumatic stress disorder (PTSD)).
Ciri penting dari gangguan ini adalah pikiran dan perasaan yang terjadi berulang-ulang berkaitan dengan trauma tertentu yang buruk (missal pengalaman berperang, perkosaan, kecelakaan yang serius, deprivasi atau penyiksaan yang buruk). Etiologi dari gangguan ini diantaranya yaitu
a.         Terdapat hubungan langsung antara trauma yang berat dan resiko PTSD. Angka gangguan ini pada kaum veteran pria adalah 31%.
b.         Factor resiko psikososial dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap PTSD setelah trauma yang buruk. Faktor-faktor ini antara lain adalah terpisah dari orang tua pada waktu anak-anak, riwayat gangguan ansietas dalam keluarga, dan ansietas atau depresi yang sudah ada sebelumnya, atau keduanya.
Karakteristik Gangguan Stres Pascatrauma yaitu dapat berupa respons akut atau lambat, dapat juga menjadi kronik, gejala-gejalanya meliputi respons  terkejut yang berlebihan, gangguan tidur, rasa bersalah  (rasa bersalah dari orang yang  berhasil bertahan hidup), mimpi buruk dan kilasan-kilasan ingatan, rasa merah dengan penumpulan emosi-emosi lain selain itu penderita sering menggunakan obat-obatan, alcohol, atau keduanya untuk mengobati sendiri gejala yang mereka rasakan.
Penatalaksanaan Gangguan stress pascatrauma (post-traumatic stress disorder (PTSD)).
a.         Medikasi. Obat antiansietas, terutama benzodiazepine, harus digunakan secara hati-hati karena beresiko menimbulkan penyalahgunaan atau ketergantungan. Antidepresan digunakan untuk mengobati gangguan depresi yang menyertainya. Bloker beta dapat digunakan untuk mengurangi efek fisiologik dari ansietas.
b.         Terapi perilaku-kognitif terutama restrukturisasi kognitif digunakan untuk membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan hidup dan bukan sebagai korban.
c.         Terapi kelompok pendukung, terutama dengan individu yang mengalami trauma serupa (missal kelompok perang veteran, kelompok trauma perkosaan)
2.6.6   Gangguan obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea atau bayangan mental yang mendesak ke dalam pikiran secara berulang. Pikiran atau bayangan obsesif dapat berupa kekhawatiran yang bisa tentang apakah pintu sudah di kunci atau belum, sampai fantasi yang aneh dan menakutkan tentang bertindak kejam terhadap orang yang disayangi.
Istilah kompulsif menunjukkan pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu. Sering suatu pikiran obsesif  mengakibatkan suatu tindakan kompulsif. Tindakan kompulsif  dapat berupa berulang kali memeriksa pintu yang sudah terkunci. Kompor yang sudah mati atau menelpon orang yang dicintai untuk memastikan keselamatannya. Sebagian orang sangat terdorong untuk berulang kali mencuci tangan setiap beberapa manit atau menghabiskan sangat banyak untuk membersihkan sekelilingnya dengan tujuan untuk mengurangi rasa takut akan terkontaminasi.     Terdapat beberapa persamaan antara obsesi dan kompulsi
a.    Suatu pikiran atau dorongan mendesak ke alam sadar secara gigih dan terus-menrus.
b.    Timbul perasaan takut yang hebat dan penderita berusaha untuk menghilangkan pikiran atau dorongan itu.
c.    Obsesi dan kompulsi itu dirasakan sebagai asing, tidak disukai, tidak dapat diterima, tetapi tidak dapat ditekan.
d.   Pasien tetap sadar akan gangguan ini, ia tetap mengenal bahwa hal ini tidak wajar dan tidak rasional, biarpun obsesi atau kompulsi itu sangat hebat.
e.    Pasien merasakan suatu kebutuhan yang besar untuk melawan obsesi dan kompulsi itu.
     Individu menghilangkan kecemasannya dengan perbuatan atau buah pikiran yang berulang-ulang. Pasien mengetahui bahwa perbuatan dan pemikirannya itu tidak masuk akal, tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan kedaaan, tetapi ia tidak dapat menghilangkannya dan ia juga tidak mengerti mengapa ia mempunyai dorongan yang begitu kuat untuk berbuat dan berpikir demikian. Bila ia tidak menurutinya, maka akan timbul kecemasan yang hebat.
Lebih dari separuh pasien gangguan obsesif konpulsif (GOK) mempunyai pemikiran obsesif tanpa perilaku kompulsif yaang ritualistik. GOK sering menyertai  depresi atau gangguan aaxietas laen. Ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa gejala akan membaik dengan waktu dan ha,pir separuhnya akan pulih atau hanya menderita gejala yang ringan.
Terdapat juga beberapa gangguan yang merupakan bagian dari,atau dengan kuat  dihubungkan dengan, spektrum GOK, termasuk:
1.         Gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic disorder). Pada gangguan ini orang terobsesi dengan keyakinan bahwa mereka buruk rupa atau bagian tubuh mereka berbentuk tidak normal.
2.         Trikotilomania. Orang dengan trikhotilomania terus menerus mencabuti rambut mereka sehingga timbul daerah-daerah botak.
3.         Sindrom tourettes. Gejala sindrom tourettes meliputi gerakan yang pendek dan cepat, tik dan ucapan kata-kata kotor yang tak terkontrol.
2.6.7   Neurastenia
Istilah ini mulai tidak banyak digunakan di inggris dan amerika, tetapi  dinegara lain masih dipakai. Banyak tumpang tindih dengan apa yang dikenal sebagai sindrom kelelahan kronik (chronic fatigue syndrome). Pada gangguan ini yang menonjol adalah keluhan fisik adalah berupa kelelahan fisik dan mental disertai nyeri dan keluhan lain, tanpa adanya penyakit fisik yang bisa diidentifikasi. Pasien merasa khawatir tentang penyebab keluhannya, juga mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi. Akibat dari kelelahannya, ia akan menghindari aktivitas fisik yang banyak.
Diagnosis banding neurastenia adalah kelelahan yang disebabkan oleh penyakit fisik atau gangguan depresi dan ansietas.
Metode pengobatan yang cukup berhasil antara lain adalah terapi perilaku kognitif dan peningkatan bertahap aktivitas fisik, obat anti depresan tidak terlalu efektif meskipun banyak digunakan. Prognosis penyakit ini buruk dengan kecenderungan menjadi kronis. Gejala menghindari aktifitas fisik dan kekhawatiran berlebihan akan penyebab dihubungkan dengan prognosis yang buruk.
2.6.8   Gangguan Disosiatif  (Konversi)
Gangguan ini disebut disosiatif karena dahulu dianggap terjadi hilangnya asosiasi antara berbagai proses mental seperti identitas pribadi dan memori, sensori dan fungsi motorik. Ciri utama adalah hilangnya fungsi yang tidak dapat dijelaskan secara medis.
Istilah konversi  didasarkan pada teori kuno bahwa perasaan dan anxietas dikonversikan menjadi gejala-gejala dengan akibat terselesaikannya konflik mental (keuntungan primer) atau didapatkan keuntungan praktis atau perhatian dari orang lain (keuntungan sekunder).
Gangguan disosiatif ini dahulu juga disebut histeria atau berasal dari istilah dan keyakinan zaman dahulu bahwa penyebabnya adalah uterus yang berkeliaran (wandering uterus).
 Hal ini yang perlu dipertimbangkan adalah kemungkinan dibuat-buatnya gejala tersebut. Disini ada 2 kemungkinan, gangguan buatan atau berpura-pura . pada gangguan buatan, gejala-gejala disebut dengan sengaja untuk mendapatka perawatan medis, sedangkan pada berpura-pura untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Menentukan hal ini tidaklah mudah dan mungkin memerlukan bukti bahwa ada inkonsistensi dalam gejalanya.
Penderita mungkin tampak acuh tak acuh akan penyakitnya. Penampilan acuh ini mungkin juga terjadi pada gangguan organik dan tidak spesifik untuk penyakit ini. Yang penting dalam penatalaksanaan adalah menerima gejala pasien sebagai hal yang nyata, tetapi menjelaaskan bahwa itu reversible. Diupayakan untuk kembali kefungsi semula dengan bertahap. Apabila ada depresi komorbid, hal ini harus diobati dengan baik.psikoterapi dapat bermanfaat untuk gangguan disosiatif dan dalam beberapa kasus kronis yang mengenai fungsi motorik mungkin diperlukan rehabilitasi medis.
2.6.9   Gangguan Somatoform
Ini mencangkup pasien-pasien yang terutama menunjukkan keluhan somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, anxietas atau  penyakit medis. Ada dua gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform: pertama, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti adanya penyakit (hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi, disfungsi autonomik persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten)
Keluhan somatif yang ada atau kekhawatirannya tidak dapat dijelaskan atau tidak proporsional secara medis dan cukup berat sehingga menimbulkan distres, serta telah berlangsung setidaknya 6 bulan. Apabila didapatkan gejala depresi atau anxietas, gejala-gejala tersebut tidak cukup berat untuk dapat didiagnosis sebagai gangguan depresi atau anxietas.
Gejala-gejala bukan merupakan waham, harus dibedakan dengan waham atau halusinasi somatik pada gangguan psikotik. Gejal-gejala itu juga tidak dengan sengaja dibuat-buat. Penganiayaan atau penelantaran anak merupakan faktor resiko bagi gangguan somatoform.
Penanganan gangguan somatoform harus berhati-hati karena bukan hanya pasien tetapi seringkali dokter juga yakin bahwa gejala-gejala yang ada merupakan tanda penyakit fisik dan bukan merupakan gangguan psikistrik.
Kekhawatiran pasien akan keluhan somatiknya harus ditanggapi dengan serius, jangan dengan sikap meremehkan sebagai hanya psikis saja, juga tidak terbawa oleh keyakinan yang tidak berdasar mengenai penyebab medik yang tidak terbukti, atau bahkan dengan ucapan-ucapan dan cara-cara pemeriksaan yang tambah menakut-nakuti pasien.
Pemeriksaan medis harus ditentukan berdasarkan penilaiian dokter terhadap gejala yang ada, bukan oleh permintaan pasien. Yakinkan bahwa penjelasan yang benar dan gamblang diberikan secara konsisten oleh semua dokter yang menangani. Untuk penanganan yang efektif diperlukan liaison yang erat antara para dokter yang terlibat.
Obat antidepresan bermanfaat dalam sebagian besar kasus meskipun tidak ada depresi yang menyertai. Tetapi penggunaannya harus disertai penjelasan yang memadai agar tidak dianggap mengada-ada.
Terapi perilaku kognitif (CBT, Cognitif Behaviour Therapy) akan bermanfaat jika diadaptasi untuk keluhan somatis utama. Pasien mungkin perlu dibantu untuk mengenali dan mengatasi stresor sosial yang dialami, juga perlu didorong untuk kembali ke fungsi normal dan mengurangi perilaku sakit (illnes behaviour) secara bertahap.
2.6.10    Hipokondriasis  dan Dismorfofobia
Ciri utama dari kedua gangguan ini adalah kekhawatiran atau preokupasi terhadap kemungkina menderita penyakit fisik atau deformitas yang serius.
Pasien dengan hipokondriasis mempunyai preokupasi bahwa ia menderita penyakit medis yang serius padahal tidak. Hal ini dapat dianggap sebagai suatu bentuk anxietas dan obsesi-kompulsi. Pasien berulang-kali mencari pemeriksaan atau keterangan medis, tetapi tetap tidak dapat diyakinkan. Gejala yang ditampilkan sering berupa permintaan pemeriksaan medis yang berulang-ulang.
Obat antidepresan dan terapi perilaku kognitif dalam kasus ini efektif. Mungkin perlu membantu pasien membatasi permintaan pemeriksaan berulang-ulang. Prognosisnya berfariasi dan cenderung menjadi kronis.
Dismorfobia juga dikenal dengan istilah gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic disorder). Preukupasinya adalah terhadap penampilan fisik yang tidak normal padahal kenyataannya tidak demikian. Hal ini berakibat penghindaran terhadap interaksi sosial.
Penatalaksanaan mengikuti prinsip gangguan somatoform. Pasien sering meminta operasi bedah kosmetik, yang kadang kala dapat menolong, tetapi sering membawa kepada ketidakpuasan berikutnya. Penilaiian spesialis dianjurkan sebelum dilakukan operasi.
Diagnosis banding kedua gangguan ini adalah gangguan depresif, yang sering terdapat kekhawatiran hipokondriaka dan kekhawatiran terhadap penampilan, dan gangguan psikotik dengan waham hipokondriaka atau halusinasi somatik.

DIAGRAM OBAT 3.1. Obat Terpilih untuk Klien Gangguan Ansietas
Klasifikasi
Nama Generik/Dagang
Dosis Dewasa (mg/hari)
Rasional Penggunaan
Benzodiazepine





Azapirones



Antidepresan trisiklik









Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)


Inhibitor monoamina
oksidase


Bloker beta

Alprazolam (Xanax)
Klonazepam (Klonopin)
Lorazepam (Ativan)
Klordiazepoksid (Librium)

Buspiron (BuSpar)



Imipramin (Tofranil)


Klompramin (Anafranil)








Paroksetin (Paxil)
Fluoksetin (Prozac)
Fluvoksamin (Luvox)
Sertralin (Zoloft)

Fenelzin (Nardil)




Ateronol (Tenormin)
Propranolol (Inderal)
0,25-1,5
0,5-6
0,5-2
5-25


5-15



75-300










20-50
20-80
100-300
50-150

45-90




50-100
80-240
Meningkatkan kadar GABA, yang akan menurunkan stimulasi system limbic sehingga mengurangi ansietas. Digunakan untuk pengobatan jangka pendek gangguan ansietas umum, gangguan panik, dan fobia sosial
Bekerja pada reseptor serotonin, menyebabkan neuron prasinapsis melepaskan serotonin lebih sedikit. Penurunan serotonin dianggap dapat mengurangi ansietas. Digunakan untuk gangguan ansietas umum, gangguan panik, fobia sosial
Menghambat ambilan neurotransmitter (serotonin dan norepinefrin) sehingga memungkinkan peningkatan kadarnya pada sinaps. Kekurangan serotonin di amandel dianggap signifikan dalam terjadinya gangguan ansietas. Digunakan untuk mengobati gangguan ansietas umum, gangguan panik, fobia sosial dan OCD.
Secara selektif menghambat ambilan serotonin di sinaps sehingga terjadi peningkatan serotonin. Digunakan untuk gangguan panik (Paxil) dan OCD.

Sifat menghambat dari enzim (monoamina oksidasi) yang memecah serotonin, dapat meningkatkan kadar serotonin. Digunakan untuk gangguan panik, dan agoraphobia

Mendorong blockade adrenergic-beta perifer, karenanya mengurangi fisiologik dari ansietas. Digunakan untuk fobia sosial, PTSD

* Dosis ini adalah dosis dewasa biasa untuk dosis tunggal setiap obat. Dosis ini bukan dosis harian biasa. Dosis harian biasa disajikan pada Bab 15. GABA = gamma-aminobutyric acid (asam gamma aminobutirat); OCD = obsessive-compulsive disorder (gangguan obsesif kompulsif), PTSD = post-traumatic stress disorder (gangguan pascatrauma).

2.7      Asuhan Keperawatan pada klien dengan Ansietas
2.7.1 Pengkajian
1.      Catat adanya gejala-gejala fisiologik dari ansietas
2.      Gunakan pertanyaan pengkajian keperawatan bagi klien dengan gangguan terkait ansietas.
3.      Catat respons perilaku kognitif spesifik yang sesuai dengan kriteria diagnostic DSM-IV tentang gangguan ansietas.
4.      Gunakan alat pengkajian yang terstandardisasi untuk mendapatkan informasi rinci tentang gangguan tertentu terkait ansietas (missal YaleBrown Obsessitive-Compulsive Scale, Dissosiative Expriences Scale).
5.      Periksa kembali riwayat masa lalu klien untuk adanya gangguan terkait ansietas.
6.      Diskusikan dengan klien tentang persepsinya terhadap stressor saat ini atau kejadian pencetusnya, dan tentukan strategi koping yang digunakan klien.
7.      Tentukan dampak gangguan yang diderita klien pada keluarga dan fungsinya, termasuk perubahan peran yang terjadi dalam keluarga, tingkat keterlibatan keluarga dengan klien, tentukan ada tidaknya riwayat penganiayaan dalam keluarga.

2.7.2   Diagnosis Keperawatan
1.        Analisis. Analisis stressor-internal dan eksternal yang mempengaruhi klien, dampak gejala pada fungsi normal sehari-hari dan efektivitas strategi pemecahan masalah serta mekanisme defensive.
2.        Diagnosis keperawatan. Tetapkan diagnosis keperawatan untuk klien, keluarganya, atau keduanya.


2.7.3   Perencanaan dan Identifikasi hasil
1.        Tetapkan tujuan yang realistis bersama klien, keluarga, atau keduanya.
2.        Tetapkan kriteria hasil yang diinginkan
a.       Klien dapat mengidentifikasi respons ansietas yang spesifik
b.      Klien dapat mengidentifikasi stressor yang berkaitan dengan gangguan terkait ansietas.
c.       Klien mengurangi atau mengendalikan pikiran dan perilaku yang berulang
d.      Klien mengungkapkan berkurangnya gejala terkait ansietas
e.       Klien melakukan aktivitas sehari-hari secar normal tanpa bertambahnya ansietas atau gejala distress.
f.       Klien mengungkapkan pengalamannya tentang kejadian yang traumatic

2.7.4   Implementasi
1.        Klien dengan gangguan ansietas umum atau gangguan panic
a.    Tetap bersama klien dan beri dukungan
b.    Jaga agar tuntutan terhadap klien tetap minimum
c.    Batasi stimulus lingkungan (misal, matikan suara musik yang keras)
d.   Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas fisik (missal, berjalan-jalan) guna melepaskan energy
e.    Beri pengobatan ansiolitik yang diresepkan secara teratur
f.     Bantu klien melakukan teknik pernapasan relaksasi.
2.        Klien dengan OCD
a.       Tunjukkan sikap menerima klien tanpa terpengaruh perilaku ritualistic yang dilakukan klien.
b.      Beri waktu pada klien untuk melakukan ritual, ansietas akan bertambah bila klien tidak dapat melakukan perilaku kompulsifnya.
c.       Anjurkan klien untuk menetapkan batasan-batasan pada perilaku ritual sebagai bahan dari rencana pengobatan yang telah ditetapkan.
d.      Gunakan teknik mendengar aktif untuk mendorong klien mengungkapkan perasaannya, waktu yang terbaik untuk berinteraksi adalah setelah klien menyelesaikan perilaku ritualistiknya.
e.       Bantu klien menyusun daftar benda dan tempat yang memicu ansietas, sebagai bagian dari program pencegahan.
f.       Ajarkan pada klien tentang tindakan-tindakan koping dan medikasi yang digunakan sebagai bagian dari rencana pengobatan.
g.      Anjurkan klien untuk menggunakan system pendukung yang ada di komunitas.
3.    Klien dengan gangguan fobia
a.       Jangan memaksa klien untuk berhubungan dengan benda atau situasi yang ditakutinya.
b.      Bantu klien menjelaskan perasaannya sebelum berespons terhadap obyek yang ditakutinya.
c.       Bantu klien mengidentifikasi strategi koping alternative untuk menatalaksanakan ansietas dalam menghadapi situasi yang ditakutinya.
d.      Gunakan strategi kognitif, seperti reframing, untuk membantu klien menempatkan pikiran dan perasaannya dalam perspektif yang berbeda.
e.       Lakukan teknik relaksasi bersama klien
f.       Berpatisipasi sebagai anggota tim pengobatan dalam program yang telah ditetapkan untuk desensitisasi sistematik
g.      Ajarkan pada klien tentang obat yang diresepkan pengobatan
4.    Klien dengan PTSD
a.       Gunakan implementasi yang berkaitan denagn ansietas (missal teknik relaksasi, mendorong ekspresi perasaan, membatasi kafein dan nikotin)
b.      Validasi pada klien bahwa peristiwa traumatic yang dialaminya menimbulkan stress yang sangat besar.
c.       Bantu klien mengungkapkan semua aspek dari peristiwa traumatic, termasuk pikiran dan perasaannya.
d.      Ajarkan pada klien tentang strategi koping untuk melaksanakan gejala ansietas yang menyertai ingatan tentang trauma.
e.       Anjurkan klien untuk berpatisipasi dalam kelompok pendukung atau kelompok swadaya.
f.       Rujuk klien ke Alcoholic Anonymous atau Narcotics Anomymous jika penyalahgunaan alcohol atau obat menjadi masalah bagi klien.
5.    Klien dengan gangguan disosiatif
a.       Bina hubungan saling percaya dan beri dukungan selama masa depersonalisasi, amnesia, atau kemunculan kepribadian baru.
b.      Anjurkan klien untuk mengungkapkan dan mendiskusikan tentang perasaannya berkenaan dengan ingatan menyakitkan yang muncul ke tingkat sadar.
c.       Ajarkan pada klien tentang teknik mengikat ansietas bila ia kembali teringat akan hal-hal yang mengancam klien terlalu berlebihan.
d.      Catat secara akurat informasi-informasi tentang berbagai kepribadian sebagai bagian dari pendekatan tim interdisipliner,
e.       Dorong komitmen klien terhadap terapi yang berorientasi wawasan dengan ahli terapi yang berpengalaman

2.7.5   Evaluasi Hasil
1.       Klien mengidentifikasi respons ansietasnya sendiri
2.  Klien mengidentifikasi stressor-stresor di masa lalu atau saat ini yang berperan dalam munculnya respons ansietas.
3.        Klien menggunakan strategi koping bukannya perilaku simtomatis
4.  Klien mengidentifikasi dan berpatisipasi secara aktif dalam rencana pengobatan yang berkesinambungan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas merupakan suatu sensasi distress psikologis (buku keperawatan jiwa edisi 5 hal 144). Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh ketidak tahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk,1998)
Ada berbagai macam tingkat ansietas yaitu ingkat ansietas Ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat, ansietas panic selain itu gangguan terkait ansietas pun sangat beragam diantaranya agoraphobia, gangguan ansietas umum dan gangguan obsesif kompulsif

3.2 Saran
       Dalam mengatasi ansieta tidak hanya terapi farmakologis yang diberikan akan tetapi efek terepeutik dari perawat sangat membantu dalam proses kesembuhan klien dengan ansietas. Agar efek dari ansietas dapat konstruktif individu hasrus dapat menggunakan koping yang efektif sehingga efek destruktif dari ansietas dapat dihindari.


DAFTAR PUSTAKA

Maramis, Willy F. and Maramis Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2010/03/ansietas/. Piogama UGM. Akses 01 Januari 2011: 02.57 pm

Anonim. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. 2004. Surabaya : RS. Jiwa Menur.

Anonim. Pedoman Diagnosis Keperawatan Jiwa. 2007. Jakarta : RS. Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang.



2 komentar:

  1. 1xbet korean - legalbet.co.kr
    The following is a list of licenses issued by Bet365. worrione The licensed licensed and legal 1xbet betting offices, operated by Bet365. งานออนไลน์

    BalasHapus
  2. Casinos Near Harrah's Casino and Resort, Atlantic City, NJ - Mapy
    Find the best casinos near Harrah's Casino and Resort, Atlantic City on MapYRO. Find reviews 전주 출장마사지 and 목포 출장마사지 information 김포 출장마사지 for casinos in 안양 출장샵 Atlantic 세종특별자치 출장안마 City, NJ.

    BalasHapus